Kisah Sang Penakluk Konstantinopel -->

Silakan ketik kata kunci

Recent Posts

Kisah Sang Penakluk Konstantinopel


Oleh Anna Fauziah H

"Wahai Rasulullah SAW, kota manakah yang akan dibebaskan terlebih dahulu, Konstantinopel atau Roma?" Rasulullah SAW menjawab, "Kota Herakli terlebih dahulu.”

Herakli berarti Konstantinopel. Hadis ini adalah bisyaroh, kabar gembira, bahwa salah satu pusat peradaban akan jatuh ke tangan kaum muslim.

Konstantinopel terletak di ujung pulau, di kelilingi 3 lautan; Selat Bosphorus, Selat Marmara, dan Selat Tanduk. Ketiga lautan ini dipasang oleh rantai-rantai yang besar, sehingga kapal-kapal tidak bisa melewati. Daratannya dikelilingi dinding dengan tinggi 30 m, lebar 9 m, juga tinggi parit sekitar 7 m.

“Andaikan dunia ini adalah satu negara, maka Konstantinopel ini adalah yang paling layak menjadi Ibu Kotanya.” Kata Napoleon Bonaparte.

Konstantinopel pasti akan dibebaskan, oleh sebaik-baik pemimpin dan sebaik-baik pasukannya.” (Al Hadis).

Di sinilah sebetulnya kemenangan kaum muslimin atas Konstantinopel sudah terjadi, ketika Rasulullah SAW bersabda tentang Konstantinopel. Oleh karena itu, mengapa banyak para pemimpin yang berusaha membebaskan Konstantinopel. Abu Al-Anshori di usia 70 tahun berusaha menaklukkan Konstantinopel, beliau wafat dan meminta jasadnya dikuburkan di garda terdepan penyerangan Konstantinopel. Begitu juga dengan Sultan Harun Al-Rasyid yang berusaha menaklukkan Konstantinopel, tapi saat itu belum berhasil.

Lahirlah seorang anak bernama Muhammad Al-Fatih yang menguasai tujuh bahasa dan dia sudah mengazamkan dalam hatinya bahwa dia akan menaklukkan Konstantinopel.

Dia merekrut 40.000 anak untuk dilatih dari segi agama, fisik, dan kemampuan berperang. Pasukannya disebut Janisaisy. Untuk merontokkan dinding Konstantinopel, Muhammad Al-Fatih membuat senjata yang mempunyai peluru dengan berat 700 kg.

Pada 6 April 1453, Muhammad Al-Fatih membawa 250.000 pasukan untuk membebaskan Konstantinopel dari selatan, barat, dan utara. Selama 14 hari pasukannya berusaha melewati lautan yang memiliki rantai-rantai yang sangat besar, melewati dinding yang sangat tebal dan tinggi. Sebagian pasukannya sudah mulai menyerah, tapi saat itu Muhammad Al-Fatih belum menyerah. Beliau akhirnya menemukan cara yang menjadi legenda dunia.

Muhammad Al-Fatih menemukan bahwa sumber pertahanan Konstantinopel adalah wilayah lautan yang mengelilinginya, terdapat banyak rantai-rantai besar, sehingga kapal-kapalnya tidak bisa melewatinya. Lalu apa yang dilakukan pemuda 23 tahun ini? Beliau meminta pasukannya untuk memindahkan 70 kapal perang dari Selat Bosphorus ke Selat Tanduk, melalui Gunung Garatai, yang panjangnya 3 mil. Bayangkan 70 kapal ditarik oleh tenaga manusia melewati gunung  hanya dalam waktu 1 malam.

Begitu luar biasanya apa yang dilakukan Muhammad Al-Fatih, sehingga Ibnu Mas'ud Atouna dalam kitabnya Usman lil Tharihin mengatakan “Kami tidak pernah menyaksikan dan melihat langsung sesuatu yang lebih luar biasa seperti ini, Muhammad Al-Fatih telah merubah bumi menjadi lautan, dengan menyeberangkan kapal-kapal melalui daratan dan menjadikan puncak gunung laksana gelombang lautan. Apa yang dilakukan Muhammad Al-Fatih jauh lebih luar biasa dari apa yang dilakukan oleh Alexander Yang Agung.”

Akhirnya pada tanggal 29 Mei 145, Konstantinopel berhasil dibebaskan melalui tangan Muhammad Al-Fatih.

Pertanyaan kemudian adalah bagaimana seorang pemuda mampu bertahan dalam peperangan selama 52 hari dan akhirnya mampu merealisasikan kemenangan yang sudah disebutkan Rasulullah SAW 825 tahun silam?

Rahasianya terungkap, ketika Muhammad Al-Fatih mengumpulkan seluruh pasukannya, ketika hendak salat Jumat. Beliau menginginkan yang menjadi imamnya adalah yang terbaik dari pasukannya.

Maka beliau meminta semua pasukannya berdiri dan bertanya : “Siapakah di sini yang merupakan pasukan terbaik?”

Seluruh pasukannya tetap berdiri semua.

Pertanyaan kedua : “Siapakah di sini yang semenjak akil balig tidak pernah meninggalkan salat rawatib?”

Maka sebagian pasukannya ada yang duduk dan ada yang tetap berdiri.

Pertanyaan terakhir yang diajukan Muhammad Al-Fatih : “Siapakah di sini yang semenjak akil balig tidak pernah meninggalkan salat  tahajud?”

Lalu seluruh pasukannya duduk semua dan hanya tertinggal Muhammad Al-Fatih yang tetap berdiri.

Editor : Fie R

 

Join Telegram @rafifamir @rafif_amir

2 Komentar

Cancel