Ding Jia Xi -->

Silakan ketik kata kunci

Recent Posts

Ding Jia Xi


Oleh Rafif Amir

Gadis Myanmar itu ditembak mati. Tepat di kepala. Menyusul kurang lebih 40 demonstran lainnya yang tewas di tangan rezim militer.

Bersama demonstran lainnya, Ding Jia Xi turun ke jalan. Menentang kudeta. Usianya masih 19 tahun. Tapi keberaniannya telah sangat matang. Ia menjadi perisai, berada di garda depan. Tak ada bekal apapun. Tak ada senjata. Ia hanya mengenakan kaos hitam bertuliskan: everything will be OK.

Sang jawara taekwondo itu telah menyiapkan pesan kematiannya. Di tanda pengenal yang ia kenakan, ia menulis golongan darahnya dan kalimat "wasiat": jika saya terluka dan tak dapat kembali ke kondisi yang baik, tolong jangan selamatkan saya. Saya akan memberikan bagian tubuh saya yang berguna pada seseorang yang membutuhkannya.


Bahkan ketika meninggal pun, Ding Jia Xi masih berpikir untuk menyelamatkan orang lain. Ia dielu-elukan oleh rakyat Myanmar, sebagai pahlawan.

Kiranya keberanian macam apa yang telah mendorongnya menjadi pejuang? Kita juga telah mendengar gadis-gadis Palestina pemberani yang syahid di tangan Israel. Kecintaan pada tanah air yang begitu dalam, telah membuat mereka bergerak melampaui rasa takut dan bayangan rasa sakit terkena peluru tajam.

Kita harus banyak belajar dari mereka, tentang sebenar-benar cinta dan pengorbanan.
Join Telegram @rafifamir @rafif_amir
Cancel