Senin, 14 Juni 2021
Oleh Rafif Amir
Kehancuran KPK sudah di depan mata. Sederhana saja melihatnya: Harun Masiku sudah Indonesia, sudah diketahui posisinya, tapi tak ditangkap juga.
TWK yang bermasalah; tak etis, melecehkan, dan kurang ajar adalah gambaran kedua tentang isyarat kehancuran itu.
Dan tersingkirnya orang-orang yang memiliki integritas dari tubuh KPK lewat TWK yang konyol itu adalah isyarat ketiga.
Jika pada akhirnya KPK hanya akan menjadi alat penguasa, koruptor-koruptor kelas kakap terus bebas berkeliaran, sementara elit-elit asyik menggarong uang negara sampai habis, maka itulah yang dimaksud Dandhy Laksono lewat film dokumenter besutannya: The End Game.
Akhir dari pemberantasan korupsi artinya akhir dari keadilan, akhir dari penegakan hukum. Dan seperti kata Prof Mahfud MD dulu, negara akan hancur jika hukum tidak ditegakkan.
Transparency International dalam laporannya tahun lalu menyebut Indonesia berada di peringkat ketiga sebagai negara paling korup di Asia, setelah India dan Kamboja. Begitu banyak maling di negeri ini, mulai level pusat hingga daerah, seakan-akan bersepakat melakukan korupsi "berjamaah". Mereka memperkaya dirinya sendiri dan di saat yang sama mencabut selang-selang oksigen rakyat miskin yang kehabisan napas. Korupsi dana bansos adalah puncak dari kejahatan itu. Ia akan menjadi sempurna sebagai kejahatan yang luar biasa ketika ternyata aliran dananya dinikmati rame-rame oleh elit partai dan elit penguasa.
Korupsi merajalela dan dibiarkan. Utang negara dan BUMN menumpuk dan tak dapat dibayar. Rakyat dikeruk secara sporadis lewat pajak dan aturan yang mencekik. Kebebasan berpendapat dan suara-suara kritis dibungkam. Buzzer dikerahkan untuk menghancurkan karakter tokoh-tokoh yang berseberangan dengan penguasa. Kira-kira, apa yang akan terjadi kemudian?
Semoga bukan: the end of Indonesia.
Sidoarjo, 15 Juni 2021
Cancel